ISLAM AGAMA KESEHATAN

ISLAM AGAMA KESEHATAN

Senin, 02 Agustus 2010

Mohon Perhatian

Diharapkan kawan-kawan anggota ALC mengisi blog ini agar bermanfaat. jika jarang diisi tentu akan diblokir dan kita akan merugi.

Pembina

DOSA DIMINATI

Menurut salah satu penutur agama di atas mimbar pada suatu hari jum'at, "Kejahatan itu seditikit tetapi banyak peminatnya. sedangkan kebaikan itu banyak dan sedikit peminatnya". Menurut penutur agama itu, kalimat itu bersumber dari hadits.

Terlepas itu hadits atau tidak mari kita takar berdasarkan data lain. Dalam agama di dalam al-Qur'an lebih mudah kita menyebutkan jenis-jenis kebaikan daripada kejahatan. larangan Allah yang jelas yang bisa kita katagorikan kriminal dan kejahatan perdata: pembunuhan, pencurian, perzinahan, perceraian, warisan. sedangkan kebaikan tidak disebutkan karena begitu banyak. contoh lain dapat kita utarakan makanan haram itu hanya sedikit, al-Qur'an hanya menyebutkan bangkai, darah, dan babi. sedangkan yang halal itu tidak lagi dirinci oleh Allah karena begitu banyak. Jadi menurut penulis, bisa jadi benar bahwa kejahatan itu hanya sedikit dan kebaikan itu banyak.

Persoalan berikut, apa benar penggemar, pemburu kejahatan atau keburukan itu lebih banyak dibandingkan pengemar dan pemburu kebaikan. Rasulullah dalam salah satu hadits menyebutkan, "khair al-quruni, qarni tsumma yalihi tsumma yalihi: sebaik-baik zaman adalah zamanku (zaman Rasul), kemudian zaman setelahnya (zaman sahabat), dan kemudian zaman setelahnya (zaman tabi'). Jika dihitung hanya berumur dua abad, manusia-manusia yang baik dan takut kepada Allah. Selanjutnya berarti syarru al-qurun (zaman yang buru). Zaman dimana manusia tidak lagi dekat dengan Allah bahkan kata Prof. Dr. Mulayadi Kertanegara, manusia merantau semakin menjauh dari Allah dan ada yang tidak kenal pulang kembali kepada asalnya secara fisik. Tentu hakekatnya manusia yang tidak mau kembali juga akan dikembalikan oleh pemilikNya, yaitu Allah. Pada zaman syarru al-Qurun ini lah manusia yang dikatakan Prof. Dr. Komaruddin Hidayata terjadi "hegemoni terhadap budaya benda". Orang mengejar kebendaan dan apalagi dengan sains Barat yang Anti Ruhani kata alm. Prof. Dr. Nurcholis Madjid. Untuk itulah dalam literatus tasauf dikenal kalimat Imam Juanaid yang mengatakan, "Dulu tasauf tidak ada, tapi banyak sufinya. Sekarang banyak tasauf, tetapi tidak ada sufinya". Zaman ini banyak orang pintar, tetapi sedikit yang mengamalkan ilmunya. Mungkin saja zaman ini mengikuti madzhab Barat yang tidak mengukai persoalan aksiologi dan mendukung ilmu yang bebas nilai. Pintar matematika bukan berarti harus membumikan teori-teorinya dalam kehidupan. Pintar agama bukan berarti tidak boleh melanggar aturan Tuhan, bahkan ahli agama paling pintar membolak-balik dalil-dalil untuk mengelabui Tuhan. Memang dosa saat ini banyak diminati.

Penulis: S.S. Dalimunthe, M.A.