Plato:
Jangan sekali-kali engkau mencintai orang yang cita-citanya lebih rendah dari
cita-citamu, sementara obsesinya lebih tinggi dari obsesimu dan kecerdikannya
melebihi kecerdikanmu.
Sumber. Mulyadi Kertanegara, The Best
Chicken Soup of the Philosopehers, (Bandung: Hikmah, 2005), hal. 59
Cita-cita sepertinya planning jangka panjang yang telah diukuti oleh usaha-usaha untuk mencapainya. Sedangkan obsesi persistent idea dominating a person's mind. Terkadang kita baru berobsesi belum bercita-cita, tetapi kita mengatakan cita-cita. Obsesi baru sekedar gagasan pikiran yang belum diikuti oleh usaha untuk mencapainya. Mulai sekarang, mari kita sesuaikan bahasa cita-cita dan obsesi.
Sementara tahun 1980 an
sampai 1990-an, saya masih mendengar orang-orang yang belajar bahasa Inggris di
Indonesia, mengatakan pintar dengan “clever”. Baru tahun 2000, saya
mendengarnya dari dosen bahasa Inggris bahwa clever itu sudah disebut dengan
cerdik, alias licik seperti kancil. Untuk itu janganlah gunakan lagi isitilah, “cerdik
pandai” untuk mengatakan alim-ulama. Itu sudah tidak responsive dengan zamannya
alias using.
Kalimat gnomologis
Plato di atas mengajarkan kita untuk mencari kawan yang rajin, apalagi kawan
hidup yang diharapkan selama-lamanya. “Tidur dipagi hari katanya mewariskan
kemiskinan”. Memang saya juga sangat sadar, bahwa orang-orang yang cepat bangun
pagi dan bergegas melaksanakan tugas kepada Allah dan tugas duniawi, itu
menjadi idola saya. Pernah saya dengan K.H. Hasan Abdulah Sahal,
salah satu pimpinan Pondok Modern Gontor mengatakan bahwa orang yang cantik itu
adalah orang yang bersedia bangun di tengah malam dan berkomunikasi dengan
Allah (tahajjud).
Jika waktu tahajjud
saja ia dapatkan, logikanya waktu shubuhnya juga baik. Tetapi fenomenaya,
sering saya alami ya Allah, ketika bangun untuk tahajjud, maka menjelang shubuh
ngantuk berat. Itu barangkali mesti diatasi. Tidak tepat logika tahajjud yang
sunat diikuti, shubuhnya terlamabat. Kalimat hikmat Plato di atas kita
tafsirkan dalam kalimat singkat, “Jangan Menikah Dengan Orang Malas!”.